Rabu, 10 Mei 2017

Tugas Workshop

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 dicantumkan tentang tujuan Pendidikan Nasional, bahwa cita – cita pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengembangkan potensi peseta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Bahasa Inggris adalah bahasa resmi yang digunakan dalam percaturan internasional. Terlebih lagi di era globalisasi ini , bahasa Inggris memegang peranan yang penting untuk komunikasi antar bangsa , antar pemerintah sampai tenaga kerja asing dan domestik.
Di Indonesia bahasa Inggris masih dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit sehingga pencapaian prestasi belajar siswa masih rendah. Mata pelajaran bahasa Inggris di SMP Negeri 17 Kota tangerang Selatan hasil belajarnya masih kurang memuaskan. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris siswa, peneliti berusaha mencoba menggali permasalahan yang ada di SMP Negeri 17. Perlu disampaikan bahwa fakta membuktikan bahasa Inggris di SMP Negeri 17 berdasarkan pengamatan peneliti selama tahun 2015 menunjukkan bahwa :
1.      Rata-rata hasil ulangan harian kurang dari KKM.
2.      Ketuntasan klasikal banyak tidak tercapai.
3.      Aktifitas belajar siswa masih rendah partisipasi dan peran sertanya di kelas.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti menggunakan kelas IX-4 sebagai subyek penelitian, karena setelah mengadakan pre test mengenai Teks Dialog untuk semua kelas pararel kelas IX yang ada di SMP Negeri 17 kelas IX-4 merupakan kelas yang memiliki ketuntasan klasikal terendah dibandingkan nilai pre test dari kelas-kelas lain. Disamping itu perilaku belajar siswa IX-4 kurang semangat terhadap mata pelajaran bahasa Inggris semakin memperburuk keadaan. Fakta malasnya anak-anak kelas IX-4, juga merupakan masalah yang dipertimbangkan oleh peneliti.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan mengatasi kendala di atas maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan metode Role Playing, dan mengajak siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam belajar, karena metode ini diduga dapat menggali atau mengeksprisikan kemampuan siswa tentang materi pembelajaran membaca teks berbentuk dialog.
Hadirnya seorang guru yang kreatif yang mampu merubah paradigma tentang pembelajaran abad 21 yaitu aktif, kreatif, efektif, dan inovatif yang menyenangkan dan menantang serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari kondisi riil tersebut maka peneliti menetapkan judul penelitian ini dengan “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa  Membaca Teks Dialog Bahasa Inggris Dengan Metode Role Playing kelas IX-4 SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan”.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menggali, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran yang disajikan peneliti sehingga dapat meningkatkan aktifitas dan meningkatkan hasil belajar membaca Teks Dialog bahasa Inggris terutama di kelas IX-4.
B.       Rumusan Masalah
Atas dasar kondisi nyata di lapangan yang terjadi di SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan tersebut di kelas IX-4, maka rumusan yang dapat peneliti kemukakan adalah :
1.      Apakah hasil belajar membaca Teks Dialog bahasa Inggris siswa akan meningkat dengan metode Role Playing?
2.      Apakah Tingkat aktifitas siswa dalam proses pembelajaran membaca Teks Dialog bahasa Ingris akan meningkat dengan metode Role Playing?

C.      Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebu di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk :
1.      Meningkatkan kemampuan hasil belajar membaca Teks Dialog Bahasa Inggris dengan mengunakan metode Role Playing.
2.      Meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam membaca Teks Dialog.

D.      Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Inggris baik secara teoritis maupun praktis terhadap guru dan siswa SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan.
     Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.      Siswa
a.       Meningkatkan motivasi/minat dan aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas.
b.      Meningkatkan hasil belajar siswa dalam membaca Teks Dialog.
c.       Meningkatkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan menantang.
2.      Guru
a.       Menambah dan memperkaya pemahaman peneliti dalam meningkatkan hasil belajar membaca Teks Dialog.
b.      Memberikan sumbangsih kepada guru-guru lain untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Role Playing.
c.       Memberikan wawasan kepada guru-guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang disesuaikan dan strategi yang tepat sesuai dengan materi pelajaran yang sedang disajikan.
3.      Sekolah
a.       Memberikan nilai tambah terhadap sekolah karena guru telah melaksanakan penelitian tindakan kelas.
b.      Memberikan kontribusi terhadap sekolah yang selanjutnya karya tulis penelitian tindakan kelas ini dapat dipergunakan sebagai salah satu referensi penulisan karya tulis ilmiah.
c.       Mengembangkan budaya kerjasama baik antara guru dan masyarakat sekolah.






















BAB II
KERANGKA TEORI
A.      Metode Role Playing
Seorang guru harus jeli melihat keadaaan para siswa-siswanya baik di dalam pembelajaran atau pun diluar pembelajaran. Begitu pula ketika proses belajar-mengajar di mulai, guru harus mampu menyusun strategi pembelajaran yang ampuh untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.  
Djumungin (2011: 43) dalam  bukunya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah keseluruhan pola umum kegiatan guru-siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan. Beliau menambahkan bahwa Strategi pembelajaran tersebut memilki variasi penyajian yang disebut model-model pembelajaran.
Menurut Djumungin (2011: 121), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang sistematis untuk mengorganisasikan pembelajaran. Model dapat diartikan sebagai perangkat rencana atau pola yang digunakan oleh guru untuk merancang bahan-bahan pembelajaran. Model dapat juga diartikan sebagai perangkat rencana atau pola yang digunakan oleh guru untuk merancang bahan-bahan pembelajaran. Beliau menambahkan bahwa tidak satu pun metode yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada metode lainnya. Begitu pula tidak ada satu pun metode yang paling ampuh untuk segala situasi. Metode pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode Role Playing.
        Wikipedia (2012) menyebutkan bahwa role playing adalah sebuah permainan yang para pemainnya memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Jill Hadfield (dalam Santoso, 2011) menyatakan bahwa role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Hadari Nawawi (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa bermain peran (role playing) adalah mendramatisasikan cara bertingkah laku orang-orang tertentu dalam  posisi yang membedakan peranan masing-masing dalam suatu organisasi atau kelompok di masyarakat. Sehubungan dengan itu, Santoso (2011) mengatakan bahwa model role playing adalah adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.  Dengan kata lain bahwa model pembelajaran role playing adalah suatu model pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya terdapat aturan, tujuan, dan unsur senang dalam  melakukan proses belajar mengajar
Hapidin (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa dalam metode ini anak diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya dalam memerankan seorang tokoh atau benda-benda tertentu dengan mendapat ulasan dari guru agar mereka menghayati sifat-sifat dari tokoh atau benda tersebut. Dalam bermain peran, anak diberi kebebasan untuk menggunakan benda-benda sekitarnya dan mengkhayalkannya jika benda tersebut diperlukan dalam memerankan tokoh yang dibawakan. Baroro (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam role playing peserta didik dituntut dapat menjadi pribadi yang imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, ingin tahu, penuh energi dan percaya diri.
  Sehubungan dengan itu, Nursid Sumaatmadja (dalam Kartini, 2007) juga menyatakan bahwa metode bermain peran sangat difokuskan pada kenyataan-kenyataan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Metode ini berhubungan dengan penghayatan suatu peranan sosial yang dimainkan anak di masyarakat. Basri Syamsu (dalam Santoso, 2011) menyatakan bahwa dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Santoso, 2011).
 Menurut Zuhaerini (dalam Santoso, 2011), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk: 1) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; 2) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan 3) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. Sementara itu, Davies (dalam Sadali) mengemukakan bahwa penggunaan role playing dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan-tujuan afektif.
Bobby DePorter (Santoso: 2011) mengatakan manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: 1) role playing dapat memberikan semacam hidden practise yaitu murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari; 2) role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar; 3) role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa.
          Di sisi lain, Sadali dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ada empat asumsi yang mendasari model mengajar ini yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut ialah: 1), secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menekankan dimensi “di sini dan kini” (here and now) sebagai isi pengajaran. 2), bermain peran memberikan kemungkinan kepada para siswa untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang lain.3), model ini mengasumsikan bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. 4) model mengajar ini mengasumsikan bahwa proses-proses psikologis yang tersembunyi (covert) berupa sikap-sikap nilai-nilai, perasaan-perasaan dan sistem keyakinan dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui kombinasi pemeranan secara spontan dan analisisnya.
B.       Text Berbentuk Dialog
Menurut Abdul Rozak Zaidan, Anita K. Rustapa, Hani’ah dalam Kamus istilah sastra halaman 203, teks adalah kandungan naskah atau sesuatu yg abstrak. Dialog adalah teks yang menampilkan dua orang pembicara atau lebih, seperti dalam dibayangkan semua isi karangan baik fiksi maupun non fiksi. Selain itu, teks terbagi menjadi 2 jenis yakni;
1. Teks dialog
    Teks percakapan, teks drama dll.
2. Teks monolog
Teks monolog adalah teks yang menampilkan seorang pencerita, seperti   dalam sajak lirik atau teks pidato.
Menurut Drs. Mohamad Ngafenan dalam Kamus Kesusastraan, teks adalah naskah, karangan tertulis. Menurut http://www.bahtera.org dalam kamus, tesaurus, dan glosarium bahasa Indonesia, teks adalah naskah yang berupakata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dsb. Ada beberpa jenis teks yaitu, diskursif, eksspresif, evaluatif, informatif, persuasif, dan naratif.
  
C.      Hasil Belajar Bahasa Inggris
  Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
  Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh  kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).
"Belajar  adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

  Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
  Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

D.      Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran Dengan Metode Role Playing
        Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing, Djumingin (2011: 174) menyatakan bahwa sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran; menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario tersebut; pembentukan kelompok siswa; penyampaian kompetensi; menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajari; kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon; presentasi hasil kelompok; bimbingan penyimpulan; dan refleksi. Secara lebih lengkap, berikut langkah-langkah sistematisnya:
-       Guru menjelaskan tujuan yang hendak dicapai pembelajaran yang akan    dilaksanakan;
-       Guru menyuruh menyiapkan skenario yang akan ditampilkan;
-       Guru menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario yang sudah dipersiapkan dalam beberapa hari sebelum kegiatan belajar-mengajar;
-       Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya lima orang;
-       Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan;
-       Setiap siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan;
-       Setelah selesai ditampilkan, setiap siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan kelompok masing-masing;
-       Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;
-       Guru memberikan kesimpulan secara umum;
-       Evaluasi;
-       Penutup.
  


BAB III
METODE PENELITIAN
A.      Setting Penelitian
1.    Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 dimulai pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016
2.    Tempat Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian ini di sekolah dimana peneliti melaksanakan tugas mengajar yaitu di SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan. Jumlah rombongan belajar SMP Negeri 17 ada 32 kelas terdiri dari kelas IX ada 9 kelas, kelas VIII ada 12 kelas, dan kelas VII ada 11 kelas. Tahun ini peneliti mendapat tugas mengajar di kelas IX yaitu IX-1 sampai dengan IX-6.
3.    Obyek Penelitian
Peneliti menentukan kelas IX-4 sebagai kelas yang diteliti dengan jumlah siswa 40 anak.
4.    Kolaborator Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti bekerjasama dengan teman sejawat guru bahasa Inggris di SMP Negeri 17 sebagai kolaborator yang dalam pelaksanaannya membantu dalam pelaksanaan pembelajaran.
5.    Metode Penelitian
Karya tulis ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) karena penelitian ini dilaksanakan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan adanya suatu tehnik pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Dalam penelitian tindakan ini digunakan penelitian tindakan kolaboratif, dimana ada 3 kelompok penting dalam penelitian ini, yaitu guru itu sendiri sebagai peneliti yang melaksanakan penelitian tindakan kelas serta bertanggung jawab penuh dalam penelitiannya. Yang kedua yaitu observer atau rekan kolaborator, yang bertindak sebagai pengamat untuk memberikan pengamatan siswa yang sedang belajar. Dan yang ketiga yaitu kelompok siswa yang sedang diamati oleh peneliti. ( Wina Sanjoyo:2009:37)
Model tindakan kelas yang digunakan adalah Model Hopskin :


                                                                                               
 
6.    Tehnik dan Instrumen Penelitian
a.       Tehnik Penelitian
Tehnik penelitian ini diawali dengan identifikasi analisis masalah yang ada yang menjadi kendala rendahnya hasil belajar siswa. Kemudian peneliti mencoba merencanakan suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode yang akan peneliti laksanakan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya dilaksanakan pembelajaran dan pengamatan oleh kolaborator di dalam kelas. Dari hasil pengamatan dan pelaksanaan proses pembelajaran, peneliti melakukan refleksi dan membuat perencanaan ulang kegiatan pembelajaaran. Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran berikutnya kembali diamat oleh kolaborator. Demikian selanjutnya dilakukan refleksi lagi setelah selesai pelaksanaan pembelajaran.
b.      Instrumen Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini instrumen yang harus disediakan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), Pre Test, Lembar Pengamatan, dan Post Test.

B.       Pelaksanaan Penelitian
1.    Deskripsi siklus I
      Pelaksanaan pembelajaran Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada semester satu minggu kedua bulan Agustus hari Selasa, tanggal 9 Agustus 2016 dan pertemuan kedua Agustus minggu ke tiga hari Selasa, 16 Agustus 2016 di kelas IX-4 pada jam ke 3-4. Jumlah siswa yang hadir 40 siswa. Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai RPP 1 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Siswa diberikan Pre test.
b.      Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai setelah selesai pelaksanaan pembelajaran.
c.       Membentuk kelompok siswa.
d.      Siswa menyiapkan/mempelajari skenario yang sudah disiapkan.
e.       Siswa yang ditunjuk menampilkan dialog di depan kelas.
f.       Siswa yang lain memperhatiakn dan mengamati serta menilai kelompok yang sedang memperagakan dialog.
g.      Setelah selesai ditampilkan siswa membahas / menjawab pertanyaan yang ada dalam lembar kerja.
h.      Tiap kelompok menyampaikan hasilnya.
i.        Siswa dan guru menyimpulkan secara umum.
j.        Evaluasi dengan post test
k.      Penutup

2.    Deskripsi Siklus II
                   Pelaksanaan pembelajaran Siklus II pertemuan pertama dilakukan pada minggu keempat hari Rabu, tanggal 24 Agustus 2016 jam ke 3-4 dan pertemuan kedua pada minggu kelima hari Selasa 30 Agustus 2016 jam ke 3-4 di kelas IX-4 . Jumlah siswa hadir pada pertemuan pertama 39 siswa, pada pertemuan kedua 40 siswa hadir. Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP 2 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai setelah selesai pelaksanaan pembelajaran.
b.      Membentuk kelompok siswa.
c.       Siswa menyiapkan/mempelajari skenario yang sudah disiapkan.
d.      Siswa yang ditunjuk menampilkan dialog di depan kelas.
e.       Siswa yang lain memperhatiakn dan mengamati serta menilai kelompok yang sedang memperagakan dialog.
f.       Setelah selesai ditampilkan siswa membahas / menjawab pertanyaan yang ada dalam lembar kerja.
g.      Tiap kelompok menyampaikan hasilnya.
h.      Siswa dan guru menyimpulkan secara umum.
i.        Evaluasi dengan post test
j.        Penutup
            * Pre Test hanya diberikan pada Siklus I pertemuan pertama

C.      Analisis Data Penelitian
Untuk mengetahui efektif atau tidaknya metode Role Playing dalam kegiatan pembelajaran peneliti melakukan analisis dari hasil pelaksanaan pembelajaran di kelas yang diteliti. Analisis keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan evaluasi atau test tertulis pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan statistik sederhana yaitu;
1.      Menilai Hasil Belajar
Untuk menilai hasil belajar, peneliti melakuakan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata.
Nilai rata-rata =  SX : SN
SX = Jumlah semua nilai siswa
SN = jumlah siswa
2.      Menilai Ketuntasan Belajar
Ada 2 katagori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajarnya bila telah mencapai KKM 75. Dan ketuntasan klasikal, bila jumlah siswa yang mendapat nilai sama atau lebih besar dengan KKM 75 sama dengan 80% maka dinyatakan berhasil atau tercapai. Dengan kata lain 80 % siswa dari seluruh jumlah siswa yang sudah mencapai nilai KKM.
Description: C:\Users\asus\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image013.png 
3.      Data Pengamatan Aktivitas Siswa
Untuk mengetahui keaktifan siswa digunakan Lembar Pengamatan Siswa yang berisi data hasil pengamatan untuk mengukur aktifitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Data lembar pengamatan diambil dari 2 pengamatan yaitu data pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan metode Role Playing. Nilai diperoleh dari lembar pengamatan dan dinyatakan berhasil jika aktifitas belajar siswa besarnya lebih besar atau sama dengan 70%.
Pencapaian nilai diukur sebagai berikut :
A (Amat Baik)  =   80-100
B (Baik)            =   70 – 79
C (Cukup)         =   60 – 69
D (Kurang)       =    50 – 59
D.      Data Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran Siklus I dan Siklus II maka  peneliti dapat mengemukan data sebagai berikut :
1.      Nilai hasil belajar berupa pre test dan post test yang didapat dicatat dalam buku daftar nilai harian dan dilampirkan dalam penelitian tindakan kelas ini.
2.      Ketuntasan klasikal kelas IX-4 berupa prosetase dicatat dalam buku nilai dan dilampirkan juga dalam penelitian ini.
3.      Hasil pemgamatan aktifitas siswa diperoleh dari lembar pengamatan, dan dicantumkan dalam lampiran PTK ini.

E.       Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian tindakan kelas ini, agar keberhasilan penelitian dapat terukur dengan jelas maka peneliti menggunakan indikator keberhasilan sebagai berikut :
1.      Hasil Belajar Membaca Teks Dialog Bahasa Inggris dibagi 2 yaitu,
Rata-rata nlai ulangan siswa dinyatakan tuntas apabila mendapatkan nilai rata-rata kelas paling sedikit sama dengan atau lebih dari KKM yaitu 75, dengan kata lain rata-rata siswa sebesar  >   75
Dengan rumus :
Nilai rata-rata  =  SX : SN
SX = Jumlah semua nilai siswa
SN = Jumlah siswa
2.      Ketuntasan Klasikal,
Dinyatakan tuntas apabila ketuntasan klasikal mencapai 80% dari jumlah siswa yang telah tuntas dengan memperoleh nilai > 75. Kelas tersebut dinyatakan tuntas dalam membaca Teks dialog dengan metode Role Playing apabila jmlah siswa yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan KKM 75 sama dengan lebih besar atau sama dengan 80%, maka untuk ketuntasan klasikal sudah terpenuhi atau ∑ siswa yang mendapat nilai > 75 siswa dalam satu kelas = > 80%
3.      Aktivitas Siswa
Keaktifan siswa dinyatakan baik atau berhasil jika mencapai > 70. Pencapaian nilai aktivitas siswa diukur dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
A (Amat Baik)  =   80-100
B (Baik)            =   70 – 79
C (Cukup)         =   60 – 69
D (Kurang)       =    50  – 59
Nilai keaktifan  =Description: C:\Users\asus\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image015.png