BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003 dicantumkan tentang tujuan Pendidikan Nasional, bahwa cita
– cita pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengembangkan
potensi peseta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Bahasa Inggris adalah bahasa resmi yang digunakan dalam percaturan
internasional. Terlebih lagi di era globalisasi ini , bahasa Inggris memegang
peranan yang penting untuk komunikasi antar bangsa , antar pemerintah sampai
tenaga kerja asing dan domestik.
Di Indonesia bahasa Inggris masih dipandang sebagai mata pelajaran yang
sulit sehingga pencapaian prestasi belajar siswa masih rendah. Mata pelajaran
bahasa Inggris di SMP Negeri 17 Kota tangerang Selatan hasil belajarnya masih
kurang memuaskan. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris siswa,
peneliti berusaha mencoba menggali permasalahan yang ada di SMP Negeri 17.
Perlu disampaikan bahwa fakta membuktikan bahasa Inggris di SMP Negeri 17
berdasarkan pengamatan peneliti selama tahun 2015 menunjukkan bahwa :
1. Rata-rata hasil ulangan harian kurang dari
KKM.
2. Ketuntasan klasikal banyak tidak tercapai.
3. Aktifitas belajar siswa masih rendah
partisipasi dan peran sertanya di kelas.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti menggunakan kelas IX-4
sebagai subyek penelitian, karena setelah mengadakan pre test mengenai Teks
Dialog untuk semua kelas pararel kelas IX yang ada di SMP Negeri 17 kelas IX-4
merupakan kelas yang memiliki ketuntasan klasikal terendah dibandingkan nilai
pre test dari kelas-kelas lain. Disamping itu perilaku belajar siswa IX-4
kurang semangat terhadap mata pelajaran bahasa Inggris semakin memperburuk
keadaan. Fakta malasnya anak-anak kelas IX-4, juga merupakan masalah yang
dipertimbangkan oleh peneliti.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan mengatasi kendala di atas maka
diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yaitu dengan metode Role Playing, dan mengajak siswa
untuk lebih aktif dan kreatif dalam belajar, karena metode ini diduga dapat
menggali atau mengeksprisikan kemampuan siswa tentang materi pembelajaran
membaca teks berbentuk dialog.
Hadirnya seorang guru yang kreatif yang mampu merubah paradigma tentang
pembelajaran abad 21 yaitu aktif, kreatif, efektif, dan inovatif yang
menyenangkan dan menantang serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari kondisi riil tersebut maka peneliti menetapkan judul penelitian ini
dengan “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Membaca Teks
Dialog Bahasa Inggris Dengan Metode Role Playing kelas IX-4 SMP Negeri 17 Kota
Tangerang Selatan”.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menggali, merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran yang disajikan peneliti sehingga dapat
meningkatkan aktifitas dan meningkatkan hasil belajar membaca Teks Dialog
bahasa Inggris terutama di kelas IX-4.
B. Rumusan Masalah
Atas dasar kondisi nyata
di lapangan yang terjadi di SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan tersebut di
kelas IX-4, maka rumusan yang dapat peneliti kemukakan adalah :
1. Apakah hasil belajar membaca Teks Dialog
bahasa Inggris siswa akan meningkat dengan metode Role Playing?
2. Apakah Tingkat aktifitas siswa dalam
proses pembelajaran membaca Teks Dialog bahasa Ingris akan meningkat dengan
metode Role Playing?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebu di atas, peneliti melakukan penelitian
tindakan kelas dengan tujuan untuk :
1. Meningkatkan kemampuan hasil belajar
membaca Teks Dialog Bahasa Inggris dengan mengunakan metode Role
Playing.
2. Meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam
membaca Teks Dialog.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kuantitas dan kualitas pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa
Inggris baik secara teoritis maupun praktis terhadap guru dan siswa SMP Negeri
17 Kota Tangerang Selatan.
Oleh
karena itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Siswa
a. Meningkatkan motivasi/minat dan aktivitas
siswa dalam pembelajaran di kelas.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam
membaca Teks Dialog.
c. Meningkatkan pengalaman belajar yang lebih
menyenangkan dan menantang.
2. Guru
a. Menambah dan memperkaya pemahaman peneliti
dalam meningkatkan hasil belajar membaca Teks Dialog.
b. Memberikan sumbangsih kepada guru-guru
lain untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Role
Playing.
c. Memberikan wawasan kepada guru-guru untuk
menerapkan metode pembelajaran yang disesuaikan dan strategi yang tepat sesuai
dengan materi pelajaran yang sedang disajikan.
3. Sekolah
a. Memberikan nilai tambah terhadap sekolah
karena guru telah melaksanakan penelitian tindakan kelas.
b. Memberikan kontribusi terhadap sekolah
yang selanjutnya karya tulis penelitian tindakan kelas ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu referensi penulisan karya tulis ilmiah.
c. Mengembangkan budaya kerjasama baik antara
guru dan masyarakat sekolah.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Metode Role
Playing
Seorang guru harus jeli melihat keadaaan para siswa-siswanya baik di dalam
pembelajaran atau pun diluar pembelajaran. Begitu pula ketika proses
belajar-mengajar di mulai, guru harus mampu menyusun strategi pembelajaran yang
ampuh untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Djumungin (2011: 43) dalam bukunya menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran adalah keseluruhan pola umum kegiatan guru-siswa dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan. Beliau menambahkan bahwa Strategi
pembelajaran tersebut memilki variasi penyajian yang disebut model-model
pembelajaran.
Menurut Djumungin (2011: 121), model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang sistematis untuk mengorganisasikan pembelajaran. Model dapat
diartikan sebagai perangkat rencana atau pola yang digunakan oleh guru untuk
merancang bahan-bahan pembelajaran. Model dapat juga diartikan sebagai
perangkat rencana atau pola yang digunakan oleh guru untuk merancang
bahan-bahan pembelajaran. Beliau menambahkan bahwa tidak satu pun metode yang
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada metode lainnya. Begitu pula
tidak ada satu pun metode yang paling ampuh untuk segala situasi. Metode
pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode Role
Playing.
Wikipedia (2012) menyebutkan
bahwa role playing adalah sebuah permainan yang para pemainnya
memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah
cerita bersama. Jill Hadfield (dalam Santoso, 2011) menyatakan bahwa role
playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan,
aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Hadari Nawawi (dalam Kartini,
2007) menyatakan bahwa bermain peran (role playing) adalah
mendramatisasikan cara bertingkah laku orang-orang tertentu dalam posisi
yang membedakan peranan masing-masing dalam suatu organisasi atau kelompok di
masyarakat. Sehubungan dengan itu, Santoso (2011) mengatakan bahwa model role
playing adalah adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Dengan kata
lain bahwa model pembelajaran role playing adalah suatu model
pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya terdapat aturan,
tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses belajar mengajar
Hapidin (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa dalam metode ini anak diberi
kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya dalam memerankan seorang tokoh atau
benda-benda tertentu dengan mendapat ulasan dari guru agar mereka menghayati
sifat-sifat dari tokoh atau benda tersebut. Dalam bermain peran, anak diberi
kebebasan untuk menggunakan benda-benda sekitarnya dan mengkhayalkannya jika
benda tersebut diperlukan dalam memerankan tokoh yang dibawakan. Baroro (2011)
dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam role playing peserta
didik dituntut dapat menjadi pribadi yang imajinatif, mempunyai prakarsa,
mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, ingin tahu, penuh energi dan
percaya diri.
Sehubungan dengan itu, Nursid Sumaatmadja (dalam Kartini, 2007)
juga menyatakan bahwa metode bermain peran sangat difokuskan pada
kenyataan-kenyataan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Metode ini
berhubungan dengan penghayatan suatu peranan sosial yang dimainkan anak di
masyarakat. Basri Syamsu (dalam Santoso, 2011) menyatakan bahwa dalam role
playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas,
meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan
bahasa Inggris. Selain itu, role playing sering kali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan
dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Murid
diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan
praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama
teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan
yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Santoso, 2011).
Menurut Zuhaerini (dalam Santoso, 2011), model ini digunakan apabila
pelajaran dimaksudkan untuk: 1) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya
menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik
didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat
dihayati oleh anak; 2) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan
masalah-masalah sosial-psikologis; dan 3) melatih anak-anak agar mereka dapat
bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta
masalahnya. Sementara itu, Davies (dalam Sadali) mengemukakan bahwa penggunaan role
playing dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan-tujuan afektif.
Bobby DePorter (Santoso: 2011) mengatakan manfaat yang dapat diambil dari role
playing adalah: 1) role playing dapat memberikan
semacam hidden practise yaitu murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan
terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari; 2) role playing melibatkan
jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar; 3) role playing dapat
memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah
permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia
siswa.
Di
sisi lain, Sadali dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ada empat asumsi yang
mendasari model mengajar ini yang kedudukannya sejajar dengan model-model
mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut ialah: 1), secara implisit bermain
peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menekankan
dimensi “di sini dan kini” (here and now) sebagai isi pengajaran. 2), bermain
peran memberikan kemungkinan kepada para siswa untuk mengungkapkan
perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang
lain.3), model ini mengasumsikan bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke
taraf kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. 4) model
mengajar ini mengasumsikan bahwa proses-proses psikologis yang tersembunyi
(covert) berupa sikap-sikap nilai-nilai, perasaan-perasaan dan sistem keyakinan
dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui kombinasi pemeranan secara spontan
dan analisisnya.
B. Text Berbentuk Dialog
Menurut Abdul Rozak Zaidan, Anita K. Rustapa, Hani’ah dalam Kamus istilah
sastra halaman 203, teks adalah kandungan naskah atau sesuatu yg abstrak.
Dialog adalah teks yang menampilkan dua orang pembicara atau lebih, seperti
dalam dibayangkan semua isi karangan baik fiksi maupun non fiksi. Selain itu,
teks terbagi menjadi 2 jenis yakni;
1. Teks dialog
Teks
percakapan, teks drama dll.
2. Teks monolog
Teks monolog adalah teks
yang menampilkan seorang pencerita, seperti dalam sajak lirik
atau teks pidato.
Menurut Drs. Mohamad Ngafenan dalam Kamus Kesusastraan, teks adalah naskah,
karangan tertulis. Menurut http://www.bahtera.org dalam kamus, tesaurus, dan
glosarium bahasa Indonesia, teks adalah naskah yang berupakata-kata asli dari
pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan
tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dsb. Ada beberpa jenis
teks yaitu, diskursif, eksspresif, evaluatif, informatif, persuasif, dan
naratif.
C. Hasil Belajar Bahasa
Inggris
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut
Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar
mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,
(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa
setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana,
1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri
siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark
(1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi
oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian
juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa
kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).
"Belajar adalah
suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali
Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat
dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara
sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan
dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu
maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru.
Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang
sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal
(internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian
hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya
usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa
sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
D. Langkah-langkah Kegiatan
pembelajaran Dengan Metode Role Playing
Dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode Role Playing, Djumingin (2011: 174) menyatakan
bahwa sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario
pembelajaran; menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario tersebut;
pembentukan kelompok siswa; penyampaian kompetensi; menunjuk siswa untuk
melakonkan skenario yang telah dipelajari; kelompok siswa membahas peran yang
dilakukan oleh pelakon; presentasi hasil kelompok; bimbingan penyimpulan; dan
refleksi. Secara lebih lengkap, berikut langkah-langkah sistematisnya:
- Guru menjelaskan tujuan yang hendak
dicapai pembelajaran yang akan dilaksanakan;
- Guru menyuruh menyiapkan skenario yang
akan ditampilkan;
- Guru menunjuk beberapa siswa untuk
memelajari skenario yang sudah dipersiapkan dalam beberapa hari sebelum
kegiatan belajar-mengajar;
- Guru membentuk kelompok siswa yang
anggotanya lima orang;
- Guru memanggil para siswa yang sudah
ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan;
- Setiap siswa berada di kelompoknya sambil
mengamati skenario yang sedang diperagakan;
- Setelah selesai ditampilkan, setiap siswa
diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan kelompok masing-masing;
- Setiap kelompok menyampaikan hasil
kesimpulannya;
- Guru memberikan kesimpulan secara umum;
- Evaluasi;
- Penutup.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan
pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 dimulai pada bulan Agustus
sampai dengan Oktober 2016
2. Tempat Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian ini di
sekolah dimana peneliti melaksanakan tugas mengajar yaitu di SMP Negeri 17 Kota
Tangerang Selatan. Jumlah rombongan belajar SMP Negeri 17 ada 32 kelas terdiri
dari kelas IX ada 9 kelas, kelas VIII ada 12 kelas, dan kelas VII ada 11 kelas.
Tahun ini peneliti mendapat tugas mengajar di kelas IX yaitu IX-1 sampai dengan
IX-6.
3. Obyek Penelitian
Peneliti menentukan kelas IX-4 sebagai
kelas yang diteliti dengan jumlah siswa 40 anak.
4. Kolaborator Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini,
peneliti bekerjasama dengan teman sejawat guru bahasa Inggris di SMP Negeri 17
sebagai kolaborator yang dalam pelaksanaannya membantu dalam pelaksanaan
pembelajaran.
5. Metode Penelitian
Karya tulis ini merupakan penelitian
tindakan kelas (PTK) karena penelitian ini dilaksanakan untuk memecahkan
masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian
deskriptif, sebab menggambarkan adanya suatu tehnik pembelajaran yang diterapkan
sesuai dengan hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Dalam penelitian tindakan ini digunakan
penelitian tindakan kolaboratif, dimana ada 3 kelompok penting dalam penelitian
ini, yaitu guru itu sendiri sebagai peneliti yang melaksanakan penelitian tindakan
kelas serta bertanggung jawab penuh dalam penelitiannya. Yang kedua yaitu
observer atau rekan kolaborator, yang bertindak sebagai pengamat untuk
memberikan pengamatan siswa yang sedang belajar. Dan yang ketiga yaitu kelompok
siswa yang sedang diamati oleh peneliti. ( Wina Sanjoyo:2009:37)
Model tindakan kelas yang digunakan adalah Model Hopskin :
6. Tehnik dan Instrumen
Penelitian
a. Tehnik Penelitian
Tehnik penelitian ini diawali dengan identifikasi analisis masalah yang ada
yang menjadi kendala rendahnya hasil belajar siswa. Kemudian peneliti mencoba
merencanakan suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode yang akan
peneliti laksanakan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya dilaksanakan
pembelajaran dan pengamatan oleh kolaborator di dalam kelas. Dari hasil
pengamatan dan pelaksanaan proses pembelajaran, peneliti melakukan refleksi dan
membuat perencanaan ulang kegiatan pembelajaaran. Kemudian dalam pelaksanaan
pembelajaran berikutnya kembali diamat oleh kolaborator. Demikian selanjutnya
dilakukan refleksi lagi setelah selesai pelaksanaan pembelajaran.
b. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini instrumen yang harus disediakan adalah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), Pre Test, Lembar Pengamatan, dan Post
Test.
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi siklus I
Pelaksanaan
pembelajaran Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada semester satu minggu
kedua bulan Agustus hari Selasa, tanggal 9 Agustus 2016 dan pertemuan kedua
Agustus minggu ke tiga hari Selasa, 16 Agustus 2016 di kelas IX-4 pada jam ke
3-4. Jumlah siswa yang hadir 40 siswa. Peneliti melaksanakan pembelajaran
sesuai RPP 1 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Siswa diberikan Pre test.
b. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai setelah selesai pelaksanaan pembelajaran.
c. Membentuk kelompok siswa.
d. Siswa menyiapkan/mempelajari skenario yang
sudah disiapkan.
e. Siswa yang ditunjuk menampilkan dialog di
depan kelas.
f. Siswa yang lain memperhatiakn dan
mengamati serta menilai kelompok yang sedang memperagakan dialog.
g. Setelah selesai ditampilkan siswa membahas
/ menjawab pertanyaan yang ada dalam lembar kerja.
h. Tiap kelompok menyampaikan hasilnya.
i. Siswa dan guru
menyimpulkan secara umum.
j. Evaluasi dengan post
test
k. Penutup
2. Deskripsi Siklus II
Pelaksanaan
pembelajaran Siklus II pertemuan pertama dilakukan pada minggu keempat hari
Rabu, tanggal 24 Agustus 2016 jam ke 3-4 dan pertemuan kedua pada minggu kelima
hari Selasa 30 Agustus 2016 jam ke 3-4 di kelas IX-4 . Jumlah siswa hadir pada
pertemuan pertama 39 siswa, pada pertemuan kedua 40 siswa hadir. Peneliti
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP 2 dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai setelah selesai pelaksanaan pembelajaran.
b. Membentuk kelompok siswa.
c. Siswa menyiapkan/mempelajari skenario yang
sudah disiapkan.
d. Siswa yang ditunjuk menampilkan dialog di
depan kelas.
e. Siswa yang lain memperhatiakn dan
mengamati serta menilai kelompok yang sedang memperagakan dialog.
f. Setelah selesai ditampilkan siswa membahas
/ menjawab pertanyaan yang ada dalam lembar kerja.
g. Tiap kelompok menyampaikan hasilnya.
h. Siswa dan guru menyimpulkan secara umum.
i. Evaluasi dengan post
test
j. Penutup
*
Pre Test hanya diberikan pada Siklus I pertemuan pertama
C. Analisis Data Penelitian
Untuk mengetahui efektif atau tidaknya metode Role Playing dalam kegiatan
pembelajaran peneliti melakukan analisis dari hasil pelaksanaan pembelajaran di
kelas yang diteliti. Analisis keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran
dilakukan dengan cara memberikan evaluasi atau test tertulis pada setiap akhir
siklus. Analisis ini dihitung dengan statistik sederhana yaitu;
1. Menilai Hasil Belajar
Untuk menilai hasil
belajar, peneliti melakuakan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh nilai rata-rata.
Nilai rata-rata = SX
: SN
SX = Jumlah semua nilai
siswa
SN = jumlah siswa
2. Menilai Ketuntasan
Belajar
Ada 2 katagori
ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa
telah tuntas belajarnya bila telah mencapai KKM 75. Dan ketuntasan klasikal,
bila jumlah siswa yang mendapat nilai sama atau lebih besar dengan KKM 75 sama
dengan 80% maka dinyatakan berhasil atau tercapai. Dengan kata lain 80 % siswa
dari seluruh jumlah siswa yang sudah mencapai nilai KKM.
3. Data Pengamatan
Aktivitas Siswa
Untuk mengetahui keaktifan siswa digunakan Lembar Pengamatan Siswa yang
berisi data hasil pengamatan untuk mengukur aktifitas siswa saat proses
pembelajaran berlangsung. Data lembar pengamatan diambil dari 2 pengamatan
yaitu data pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan metode Role Playing.
Nilai diperoleh dari lembar pengamatan dan dinyatakan berhasil jika aktifitas
belajar siswa besarnya lebih besar atau sama dengan 70%.
Pencapaian nilai diukur
sebagai berikut :
A (Amat Baik) = 80-100
B
(Baik) = 70
– 79
C
(Cukup) = 60
– 69
D
(Kurang) = 50 –
59
D. Data Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran Siklus I dan Siklus II
maka peneliti dapat mengemukan data sebagai berikut :
1. Nilai hasil belajar berupa pre test dan
post test yang didapat dicatat dalam buku daftar nilai harian dan dilampirkan
dalam penelitian tindakan kelas ini.
2. Ketuntasan klasikal kelas IX-4 berupa
prosetase dicatat dalam buku nilai dan dilampirkan juga dalam penelitian ini.
3. Hasil pemgamatan aktifitas siswa diperoleh
dari lembar pengamatan, dan dicantumkan dalam lampiran PTK ini.
E. Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian tindakan kelas ini, agar keberhasilan penelitian dapat
terukur dengan jelas maka peneliti menggunakan indikator keberhasilan sebagai
berikut :
1. Hasil Belajar Membaca Teks Dialog Bahasa
Inggris dibagi 2 yaitu,
Rata-rata nlai ulangan
siswa dinyatakan tuntas apabila mendapatkan nilai rata-rata kelas paling
sedikit sama dengan atau lebih dari KKM yaitu 75, dengan kata lain rata-rata
siswa sebesar > 75
Dengan rumus :
Nilai rata-rata = SX
: SN
SX = Jumlah semua nilai
siswa
SN = Jumlah siswa
2. Ketuntasan Klasikal,
Dinyatakan tuntas
apabila ketuntasan klasikal mencapai 80% dari jumlah siswa yang telah tuntas
dengan memperoleh nilai > 75. Kelas tersebut dinyatakan
tuntas dalam membaca Teks dialog dengan metode Role Playing apabila jmlah siswa
yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan KKM 75 sama dengan lebih besar
atau sama dengan 80%, maka untuk ketuntasan klasikal sudah terpenuhi atau ∑
siswa yang mendapat nilai > 75 siswa dalam satu kelas = > 80%
3. Aktivitas Siswa
Keaktifan siswa
dinyatakan baik atau berhasil jika mencapai > 70.
Pencapaian nilai aktivitas siswa diukur dengan kriteria penilaian sebagai
berikut :
A (Amat Baik) = 80-100
B
(Baik) = 70
– 79
C
(Cukup) = 60
– 69
D
(Kurang) = 50 –
59
Nilai keaktifan =